Kamis, 23 Juli 2009
NASIONALISME
Jumat minggu lalu pasti kita masih inget banget tentang bom yang meledak di Hotel JW Marriot dan Ritz Carlton. Pasca bom banyak dampak yang ada di masyarakat. Mulai dari kontroversi tentang pelaku, kerugian yang didera sampai dampak perekonomiannya. Mungkin sekarang kisruh tentang siapa pelaku pengeboman masih menjadi tanda tanya besar setelah Ibrahim dan Nur Said dinyatakan bukan pelaku, meskipun sketsa foto pelaku telah disebarluaskan sesuai penggalan kepala yang terdapat di kedua TKP tersebut. Heboh tentang batalnya kedatangan klub besar Manchester United ke Jakarta akibat ledakan bom di tempat mereka akan menginap juga dikecam dan menjadi buah bibir banyak masyarakat di Jakarta. Kerugian yang didera Agum Gumelar yang mencapai Rp 25 milyar juga menjadi kecaman banyak pihak terhadap pelaku pengeboman. Selain hal-hal tersebut, getaran pada bidang pariwisata dan perekonomian juga terjadi sebagai hasil dari bom ini. Kiranya ada juga hal positif yang dialami dan dirasakan pasca bom biadab ini. Keuntungan itu ialah NASIONALISME. Nasionalisme bangsa Indonesia yang telah lama disebut2 bobrok oleh bangsa sendiri dan bangsa lain kini menjadi semakin kuat dan kokoh pasca bom. Banyak masyarakat bersatu teguh menentang pengeboman tersebut seraya mendukung pemerintah. Itulah yang semestinya kita lakukan sejak dulu sebagai langkah preventif segala bentuk bencana di tanah air tercinta. Kiranya kita bisa mulai untuk bungkam mulut sementara dan memberikan waktu sementara bagi pihak berwajib agar segera mengungkap kasus ini tanpa perlu kita cemooh dan desak terus-menerus karena tentunya dalam hati mereka juga ada kegeraman dan keinginan kuat menumpas kasus ini. Semoga artikel saya yang pendek ini kiranya menguatkan kembali NASIONALISME kita dan kita dapat tenang sementara untuk mendukung pemerintah menumpas kejahatan biadab ini.
Minggu, 29 Maret 2009
Secerca Harapan Dari India
Minggu, 29 Maret 2009 baru saja berakhir kejuaraan bulutangkis "kelas dua", India Sunrise Gold Grandprix 2009. Memang kejuaraan yang berada 1 tingkat di bawah super series ini kurang bergengsi bagi pemain-pemain dunia terutama Cina. Mereka memilih untuk lebih berkonsentrasi pada Korea Superseries yang akan digelar setelah India Gold Grandprix usai. Namun, hal tak serupa ditunjukkan beberapa pemain pelatnas dan non-pelatnas Indonesia. Beberapa pemain top dunia seperti Taufik Hidayat, Vita Marissa, Candra Wijaya, Flandy Limpele masih mengikuti kejuaraan ini. Pertandingan final baru usai beberapa waktu yang lalu dan hasilnya pun memancarkan sinar cerah dan secerca harapan bagi bulutangkis Indonesia 2009. Meskipun tak diikuti pemain top seperit Lin Dan dkk, kemenangan yang diraih Taufik dkk harus diacungi jempol. Indonesia berhasil menyabet 2 gelar dari Taufik Hidayat setelah melibas tunggal putra dari Malaysia Muhamad Hafiz Hashim dalam 2 set langsung, Vita/Flandy juga mampu mengandaskan ganda campuran andalan tuan rumah dalam 2 set langsung. Perjuangan mereka tidak lah mudah meski tanpa lawan pemain top dunia. Kerja keras juga harus mereka tunjukkan dalam laga-laga ini karena mereka nampak telah kehilangan style permainan di All England yang lalu. Setelah 2 gelar dari India, kita hanya mampu berdoa dan mendukung serta berharapa kemenangan akan terus diraih punggawa-punggawa Merah Putih di kancah super series dan terutama Sudirman Cup sifatnya wajib untuk kita bawa pulang kembali ke tanah air.
Rabu, 25 Maret 2009
Terima Kasih Guruku
Guruku...
Kaulah pelita di kala gelap datang
Kaulah penuntun di kala bimbang
Kaulah inspirasi yang tak terkira
Hingga ku mampu menerjang badai
Waktu demi waktu kita jalani bersama
Sungguh tak terhitung lagi curahan cintamu bagiku
Canda tawa, tangis haru bahkan peluh telah mengukir keluhuran kasihmu
Namun, apa yang kau terima dariku?
Tutur kata & sikap layaknya sayatan pisau bagimu
Tak ada sedikitpun sikap manis yang kuberikan kepadamu
Maafkan aku Guruku..
Tak semestinya sayatan, goresan dan luka kubalaskan padamu
Karena tanpamu aku tak akan mampu menemukan jati diriku
Terima Kasih Guruku...
Kaulah pahlawan bagiku..
Yukko
Kobe, Senin, 24 Januari 2006, 13:05. Aku mulai merasa ketakutan ketika tinggal di rumah baruku ini. Rumah ku bermodel rumah gaya Jepang yang kuno. Aku merasa ada sesuatu yang mengerikan di rumah ini, Jumat malam kemarin ketika aku tidur di kamar baruku, aku mendengar senandung seorang anak kecil yang bersuara sangat lembut, kupikir suara adikku, Naomi. Tapi ketika ku bangun tak ada seorang pun di kamarku kecuali aku. Sore kemarin aku mendengar suara derap kaki dan tawa anak kecil di kamar Naomi, ketika aku buka pintunya ternyata Naomi sedang tidur terlelap. Hal ini sudah kuceritakan kepada orang tuaku, tetapi mereka tidak percaya. Aku berpikir aku harus mencari tahu ada kejadian apa sebenarnya di rumah ini.
Jam 20:35, Aku sedang membaca buku di kamar ku, aku merasa ada yang memegang pundakku. Ketika aku menengok ke belakang tak ada seorang pun. Aku mencoba berpikir positif, mungkin itu hanya perasaan ku saja. Aku melanjutkan membaca. Tiba-tiba gelas yang ada di depan ku bergeser ke arah kanan. Aku mulai ketakutan, Segera saja aku pergi dan keluar dari kamarku. Aku segera berlari ke kamar Naomi. Naomi sangat bingung, “Ada apa kak Yuki?”. “Naomi, kakak boleh nggak tidur sama kamu hari ini?” pintaku, Naomi mengangguk. Aku dan Naomi ngobrol sebentar kemudian tertidur. Tepat jam 12:00, aku mendengar suara bisikan di telinga samar-samar terdengar seperti suara anak perempuan yang berkata “Kak, main yuk…”
Ku pikir adikku , aku pun bangun dan melihat adikku sedang tertidur. Aku takut dan kembali memejamkan mataku. Aku mendengar suara anak perempuan bersenandung lagi, aku mengintip dari balik selimut aku melihat anak itu sedang duduk berlutut di depan ranjang dia tampak asyik bermain dengan porselen kuno itu, beberapa saat aku pandangi anak itu. Tiba-tiba kepalanya berputar ke arah ku dan tersenyum, “Kak, main yuk…” aku sangat ketakutan dan mencoba untuk tidur, aku pun terlelap.
Keesokan paginya akupun bangun. Aku berjalan ke kamar mandi. Aku merasa ada yang mengikuti ku dari belakang. Aku menengok tak ada seorang pun. Aku cepat-cepat berlari ke kamar mandi. Jam 12:45, aku sedang mengobrol dengan adikku, aku merasa ada yang melihat ku di balik pilar-pilar tangga, aku menengok ke arah tangga, aku melihat bayangan seorang anak kecil perempuan. Tetapi bayangan itu tidak jelas. ”Naomi, bentar ya” Aku berjalan menuju ke arah tangga, aku pun naik ke atas tangga aku melihat anak kecil itu berlari menuju ke arah kamarku, Aku berjalan ke arah kamar ku, ketika aku masuk tidak ada seorangpun. Aku meneliti kamarku aku menemukan sebuah potongan foto yang sepertinya disobek dan sebuah boneka porselen kuno yang waktu itu aku lihat, Aku melihat foto itu, di situ terdapat foto seorang anak perempuan kecil yang cantik, rambutnya panjang, berkulit putih dan memakai baju pesta yang kuno, dia memegang boneka porselen yang ada padaku sekarang, Aku balik foto itu dan tertulis, Jepang 1933. Aku kaget, apa jangan-jangan hantu anak kecil di rumah ku ini adalah anak kecil yang ada di foto ini. Ketika aku sedang berpikir, aku mendengar adikku tertawa sendiri, Aku berlari ke luar kamarku dan kulihat adikku tampak asyik berbicara dengan seseorang. Aku berlari ke bawah dan bertanya,” Naomi, kamu berbicara dengan siapa?” Naomi tersenyum “Teman baruku kak.” Aku kaget “Siapa? Mana teman mu itu?” Naomi hanya terdiam,”Dia sangat pemalu kak, dia sudah pergi ketika kakak kesini.” Aku kaget dan menatap lurus adikku, aku tahu adikku tidak bohong dia baru berumur 5 tahun, tidak mungkin dia berbohong. “Teman mu itu perempuan ya?” Tanya ku lagi. Naomi tersenyum riang “Dari mana kakak tahu? Rambutnya panjang sama sepertiku dan aku suka sekali warna matanya” Aku hanya tersenyum kecil, “ Apa kamu tahu siapa namanya?” Naomi hanya menggeleng, “Aku tidak tahu, tapi nanti akan kutanyakan.”
Aku tersenyum kecil dan mengusap kepala adikku, “Kak, main petak umpet yuk!!” Aku mengangguk, “Kakak yang jaga ya” aku pun segera menghitung kemudian aku segera mencari dia, aku mencari Naomi di lemari pakaian tapi tidak ada, aku mendengar suara anak kecil, aku berlari tetapi yang kulihat bukan Naomi, tetapi anak kecil yang lain dengan rambut panjang dan berlari ke bawah tangga. Aku berlari ke arah tangga dan aku lihat anak itu sedang berlari ke arah dapur sambil tertawa senang. Aku menuruni tangga dan menuju dapur dengan langkah perlahan aku melihat pintu yang berada di bawah wastafel terbuka sedikit, aku buka pintu itu perlahan dan kulihat seorang anak perempuan kecil bermuka pucat yang mukanya tertutupi rambutnya yang panjang dan hitam, menatap ku sambil berkata, “Aku ketahuan ya kak? Aku yang jaga deh” Aku terdiam dan memejamkan mata, ketika kubuka mataku anak itu hilang, segera kupanggil Naomi untuk menyudahi permainan ini, Naomi pun keluar dari bawah meja, dan bertanya bingung, ”Kenapa kak?”. “Kakak pusing, kakak mau istirahat” Naomi hanya mengangguk dan meninggalkan aku. Aku melihat ada bayangan anak kecil yang sedang membawa boneka porselen kuno di sebelah Naomi, Naomi tampak seperti mengobrol dengannya, anak itu melirik ke arahku sekilas, matanya sangat tajam, aku benar-benar ketakutan dan segera menuju ke kamar.
Sorenya, ketika aku sedang menulis diari ku, aku mendengar ada seorang yang membuka pintu kamarku, aku menengok dan tidak ada orang sama sekali, aku diam dan melanjutkan tulisanku, beberapa saat kemudian aku mendengar suara barang di lempar ke atas ranjangku, aku melirik ke arah ranjangku dan kulihat boneka porselen kuno itu ada di atas ranjangku. Aku berjalan mendekati boneka itu, Aku mengangkat boneka itu dan kuperhatikan boneka itu, tiba-tiba boneka itu berkedip dan mengeluarkan suara yang sangat parau. Aku berteriak histeris dan melempar boneka itu. Mama dan adikku berlari ke kamarku dan memeluk aku yang masih berteriak histeris. Beberapa jam kemudian aku sudah mulai tenang. Aku mulai berpikir apa yang tadi di katakan boneka itu. Aku tidak bisa menangkap dengan jelas karena aku ketakutan. Aku berjalan dengan perlahan ke arah kamarku, kuintip kamarku dan aku masuk. Aku melihat boneka itu tidak ada. Aku berjalan menuju kamar adikku dan kulihat adikku sedang tertawa dengan seseorang sambil memegang boneka itu, akupun masuk. “Naomi, teman mu ada disini?” Naomi menoleh ke arah ku dan mengangguk. “Sudah kau tanyakan siapa namanya?” Aku bertanya. Naomi mengangguk, ”Dia bilang, kakak sudah tahu namanya, dia sudah bicara dengan kakak tadi.” Aku mengernyit. “Oh ya? Kapan?”. ”Tadi, sebelum kakak berteriak histeris” Naomi menjawab. Aku terdiam, “Kak, barusan dia bilang nanti kakak juga tau sendiri.” Naomi tersenyum bukan ke arah ku tetapi ke bantal yang ada di sebelah ku.
Aku menoleh ke sebelah dan tidak ada orang. Aku keluar dari kamar Naomi aku mendengar Naomi tertawa dan menyebut nama seseorang perempuan, Yukko. Sekarang aku yakin nama anak itu Yukko.
Malamya, aku sedang duduk di ranjang kamarku. Aku berpikir aku mau menyelidiki kasus ini, sebenarnya kenapa Yukko selalu mengganggu aku? Aku terdiam, sesaat kemudian aku mendengar suara anak perempuan sedang menangis di lemari pakaian ku, ketika aku buka pintu lemari pakaian ku aku melihat seorang anak perempuan sedang duduk sambil membenamkan kepalanya di kedua lututnya. Aku berjongkok dan memanggil anak itu, “Yukko?” Anak itu berhenti menangis dan mendongak, aku kaget melihat wajahnya. Wajahnya hancur seperti di sayat pisau. Aku berdiri dan mundur.
Anak itu menatap ku, aku takut dan memejamkan mata dan berteriak menyuruhnya pergi, Anak itu berjalan dengan menyeret badannya “Kak, kenapa menjauh dariku, kakak lupa siapa aku?” Aku berteriak teriak menyuruhnya pergi anak itu tetap berjalan, kemudian berdiri sambil berpengangan padaku dan kepalanya mendongak ke arah ku dan menagis, aku ingin berteriak tapi tertahan dan pingsan.
Ketika aku terbangun, di dadaku ada selembar robekan foto, aku melihat foto itu ada seorang anak perempuan yang sekilas mirip denganku, Aku balik foto itu dan tertulis “Yukko Azura dan Kiyomi Azura” Aku mengambil foto yang waktu itu aku temui di ranjangku dan aku gabungkan ternyata pas. Aku terdiam cukup lama dan menggabungkan semua kejadian yang ada. Ketika itu juga aku mendengar suara desahan anak kecil di belakangku aku kaget dan menengok di sebelah ku ada Yukko yang sedang menyeringai. Aku ketakutan. Aku segera berlari dan masuk ke kamar adikku. Kulihat Naomi sedang duduk dan bernyanyi-nyanyi kecil. Aku berjalan pelan ke arah dia. Ketika ku dengar baik-baik, lagu yang disenandungkan Naomi sama dengan yang Yukko senandungkan, “Naomi, dari mana kamu tau lagu itu?” Naomi menengok ke arah ku dan menjawab “Yukko. Baru saja dia mengajari aku, dia bilang lagu itu di ajarkan oleh kakaknya, Kiyomi.” Aku kaget, “Yukko ada disini?” Naomi mengangguk, dia menunjuk ke arah lemari. Aku buka lemari Naomi dan kulihat tidak ada siapa-siapa. Naomi tertawa pelan. Aku menengok ke arah Naomi, “Kenapa? Dimana dia?” Naomi menggeleng, “Dia pergi.” , aku kembali ke kamarku dan berpikir. Siapa itu Kiyomi. Tiba-tiba ada sebuah buku terlempar ke arahku aku buka buku itu dan kubaca, ternyata sebuah diari milik Kiyomi. Aku baca halaman demi halaman. Baru ku tahu kalau Kiyomi adalah kakak Yukko, pantas dia mengira aku Kiyomi aku sangat mirip sekali dengan dia. Ada suatu halaman yang membuat ku tercengang. Yukko meninggal karena di bunuh oleh Kakeknya sendiri dan pada waktu itu Kiyomi sedang pergi bersama mamanya sebelum itu Kiyomi sudah berjanji akan memberikan oleh-oleh untuk Yukko tapi ketika sampai Kiyomi mendengar Yukko meninggal dia belum sempat memberikan Yukko oleh-oleh sebagai permintaan maaf karena dia tidak mengajak Yukko pergi, jasad Yukko belum ditemukan sampai sekarang.Ketika aku membaca diari ini Aku merasa ada yang duduk di depanku Aku tutup diari ini, aku melihat boneka porselen itu tepat di depan ku, aku terkejut. Boneka itu menatap ku seperti ingin mengucapkan sesuatu, aku mengumpulkan segenap keberanianku dan mengangkat boneka itu. Boneka itu tersenyum dan menengok ke arah kanan, aku ikut menengok dan kulihat ada sebuah tulis. “Pulang bersamaku, yuk.. kak sekarang.” Aku terkejut dan gemetaran. Aku menengok ke arah boneka itu dan aku melempar boneka itu. Saat itu juga aku berlari ke arah kamar mamaku dan aku tertidur di situ.
Pagi, jam 8.20 aku terbangun dari tidurku. Aku menuju ke kamar ku untuk melihat keadaan kamarku aku masuk dan berjalan perlahan aku memandangi sekeliling kamarku, perasaan aku ada yang aneh ketika kakiku menginjakkan lantai di kamarku seperti ada benda yang halus, aku berhenti berjalan dengan takut aku memandang ke bawah, aku kaget ketika melihat bahwa tepat di depanku ada banyak sekali benang-benang halus, aku jongkok dan memegang benang itu, ternyata itu bukan benang melainkan rambut aku berdiri dan memandang sekeliling kamarku, seluruh kamarku dipenuhi dengan rambut, aku memutar badanku, aku terhenti karena wajah Yukko tepat di depan wajahku. Aku berteriak histeris dan berlari ke kamar Naomi. Samar-samar alu mendengar, “Kak Kiyomi..”
Keesokan paginya aku mencari nama Kiyomi Azura di buku telepon aku menemukannya, segera kutelepon nomor itu dan nyambung. “Halo?” jawab sang penerima “Apakah ini Ibu Kiyomi?” tanyaku, “Iya, sapa ini?” Kiyomi menjawab. “Ini Miyuki, bisa tidak kalau aku bertemu Ibu sekarang? Mungkin saya lancang, ini ada hubungannya dengan arwah adik anda, Yukko.” Aku menjelaskan. Kiyomi terkejut dan langsung menyetujui pertemuan kami, saat itu juga aku segera pergi ke alamat yang diberikan Kiyomi sambil membawa boneka porselen .
Ketika aku sampai di rumah Kiyomi, aku melihat banyak sekali foto Yukko dan Kiyomi waktu mereka masih kecil. Kiyomi mempersilahkan aku duduk tepat di sebelahnya dan aku bercerita seluruh kejadian yang akhir-akhir ini menimpaku yang berhubungan dengan Yukko. Kami terdiam, Kiyomi terkejut melihat boneka yang ada di dalam tas yang aku bawa, aku segera mengeluarkan boneka itu dan memberikan padanya. Kiyomi menatap boneka itu dengan mata berkaca-kaca. Seketika itu aku melihat Yukko duduk di sebelahnya sambil memandang dia dengan bingung, aku menunjuk ke arah Yukko, Kiyomi menengok dan tidak melihat apa-apa. Aku segera mengambil kertas dan pensil. “Yukko, tulis apa yang mau kamu katakan di kertas ini?” aku menjelaskan, Kiyomi terdiam dan menunggu, Tiba-tiba pensil itu bergerak. “Kakak kemana selama ini?”. Kiyomi menyahut “Aku.. mencari kamu..” pensil itu bergerak.“Bohong!!!!!”. Aku bisa merasakan kemarahan Yukko karena vas yang ada di sebelah ku bergetar cukup hebat. “Sumpah, aku mencari kamu selama ini, tetapi tidak pernah kutemukan, kakek menyimpan rahasia ini sampai dia mati” Kiyomi bersumpah.
“Aku terjebak di suatu tempat yang sempit, aku ingin keluar kak” Yukko menulis pesan itu. Kemudian aku memandang boneka yang di genggam oleh Kiyomi. Aku menunjuk boneka itu, “Boneka itu, Roh Yukko ada di situ bu!” Kiyomi memandang boneka itu. “Baik” Kiyomi mengambil gunting dan merobek boneka itu, saat itu juga aku mendengar suara teriakan Yukko, kemudian aku melihat Yukko berdiri tepat di depan kami, kali ini dengan wajah yang bersih, Kiyomi berlari ke arah Yukko dan memeluk dia erat, “Yukko, kakak sayang kamu” Yukko membalas pelukan Kiyomi. “Aku juga sayang kakak” Kami terdiam, tiba-tiba Kiyomi berlari dan mengambil sebuah boneka porselen kecil dan memberikannya pada Yukko,”Ini barang yang ingin kuberikan ke kamu dari dulu, sekarang pergilah dengan tenang” Kiyomi terisak, Yukko memeluk Kiyomi dan melambai ke arah ku, kemudian dia pergi. Sayup-sayup aku mendengar suara tertawa Yukko yang kemudian menghilang. Kiyomi memeluk ku erat sebagai ucapan terima kasih. Akhirnya selesai juga penyelidikanku. Yukko baik-baik ya di sana.
karya: Teresa Rikiputri
Jam 20:35, Aku sedang membaca buku di kamar ku, aku merasa ada yang memegang pundakku. Ketika aku menengok ke belakang tak ada seorang pun. Aku mencoba berpikir positif, mungkin itu hanya perasaan ku saja. Aku melanjutkan membaca. Tiba-tiba gelas yang ada di depan ku bergeser ke arah kanan. Aku mulai ketakutan, Segera saja aku pergi dan keluar dari kamarku. Aku segera berlari ke kamar Naomi. Naomi sangat bingung, “Ada apa kak Yuki?”. “Naomi, kakak boleh nggak tidur sama kamu hari ini?” pintaku, Naomi mengangguk. Aku dan Naomi ngobrol sebentar kemudian tertidur. Tepat jam 12:00, aku mendengar suara bisikan di telinga samar-samar terdengar seperti suara anak perempuan yang berkata “Kak, main yuk…”
Ku pikir adikku , aku pun bangun dan melihat adikku sedang tertidur. Aku takut dan kembali memejamkan mataku. Aku mendengar suara anak perempuan bersenandung lagi, aku mengintip dari balik selimut aku melihat anak itu sedang duduk berlutut di depan ranjang dia tampak asyik bermain dengan porselen kuno itu, beberapa saat aku pandangi anak itu. Tiba-tiba kepalanya berputar ke arah ku dan tersenyum, “Kak, main yuk…” aku sangat ketakutan dan mencoba untuk tidur, aku pun terlelap.
Keesokan paginya akupun bangun. Aku berjalan ke kamar mandi. Aku merasa ada yang mengikuti ku dari belakang. Aku menengok tak ada seorang pun. Aku cepat-cepat berlari ke kamar mandi. Jam 12:45, aku sedang mengobrol dengan adikku, aku merasa ada yang melihat ku di balik pilar-pilar tangga, aku menengok ke arah tangga, aku melihat bayangan seorang anak kecil perempuan. Tetapi bayangan itu tidak jelas. ”Naomi, bentar ya” Aku berjalan menuju ke arah tangga, aku pun naik ke atas tangga aku melihat anak kecil itu berlari menuju ke arah kamarku, Aku berjalan ke arah kamar ku, ketika aku masuk tidak ada seorangpun. Aku meneliti kamarku aku menemukan sebuah potongan foto yang sepertinya disobek dan sebuah boneka porselen kuno yang waktu itu aku lihat, Aku melihat foto itu, di situ terdapat foto seorang anak perempuan kecil yang cantik, rambutnya panjang, berkulit putih dan memakai baju pesta yang kuno, dia memegang boneka porselen yang ada padaku sekarang, Aku balik foto itu dan tertulis, Jepang 1933. Aku kaget, apa jangan-jangan hantu anak kecil di rumah ku ini adalah anak kecil yang ada di foto ini. Ketika aku sedang berpikir, aku mendengar adikku tertawa sendiri, Aku berlari ke luar kamarku dan kulihat adikku tampak asyik berbicara dengan seseorang. Aku berlari ke bawah dan bertanya,” Naomi, kamu berbicara dengan siapa?” Naomi tersenyum “Teman baruku kak.” Aku kaget “Siapa? Mana teman mu itu?” Naomi hanya terdiam,”Dia sangat pemalu kak, dia sudah pergi ketika kakak kesini.” Aku kaget dan menatap lurus adikku, aku tahu adikku tidak bohong dia baru berumur 5 tahun, tidak mungkin dia berbohong. “Teman mu itu perempuan ya?” Tanya ku lagi. Naomi tersenyum riang “Dari mana kakak tahu? Rambutnya panjang sama sepertiku dan aku suka sekali warna matanya” Aku hanya tersenyum kecil, “ Apa kamu tahu siapa namanya?” Naomi hanya menggeleng, “Aku tidak tahu, tapi nanti akan kutanyakan.”
Aku tersenyum kecil dan mengusap kepala adikku, “Kak, main petak umpet yuk!!” Aku mengangguk, “Kakak yang jaga ya” aku pun segera menghitung kemudian aku segera mencari dia, aku mencari Naomi di lemari pakaian tapi tidak ada, aku mendengar suara anak kecil, aku berlari tetapi yang kulihat bukan Naomi, tetapi anak kecil yang lain dengan rambut panjang dan berlari ke bawah tangga. Aku berlari ke arah tangga dan aku lihat anak itu sedang berlari ke arah dapur sambil tertawa senang. Aku menuruni tangga dan menuju dapur dengan langkah perlahan aku melihat pintu yang berada di bawah wastafel terbuka sedikit, aku buka pintu itu perlahan dan kulihat seorang anak perempuan kecil bermuka pucat yang mukanya tertutupi rambutnya yang panjang dan hitam, menatap ku sambil berkata, “Aku ketahuan ya kak? Aku yang jaga deh” Aku terdiam dan memejamkan mata, ketika kubuka mataku anak itu hilang, segera kupanggil Naomi untuk menyudahi permainan ini, Naomi pun keluar dari bawah meja, dan bertanya bingung, ”Kenapa kak?”. “Kakak pusing, kakak mau istirahat” Naomi hanya mengangguk dan meninggalkan aku. Aku melihat ada bayangan anak kecil yang sedang membawa boneka porselen kuno di sebelah Naomi, Naomi tampak seperti mengobrol dengannya, anak itu melirik ke arahku sekilas, matanya sangat tajam, aku benar-benar ketakutan dan segera menuju ke kamar.
Sorenya, ketika aku sedang menulis diari ku, aku mendengar ada seorang yang membuka pintu kamarku, aku menengok dan tidak ada orang sama sekali, aku diam dan melanjutkan tulisanku, beberapa saat kemudian aku mendengar suara barang di lempar ke atas ranjangku, aku melirik ke arah ranjangku dan kulihat boneka porselen kuno itu ada di atas ranjangku. Aku berjalan mendekati boneka itu, Aku mengangkat boneka itu dan kuperhatikan boneka itu, tiba-tiba boneka itu berkedip dan mengeluarkan suara yang sangat parau. Aku berteriak histeris dan melempar boneka itu. Mama dan adikku berlari ke kamarku dan memeluk aku yang masih berteriak histeris. Beberapa jam kemudian aku sudah mulai tenang. Aku mulai berpikir apa yang tadi di katakan boneka itu. Aku tidak bisa menangkap dengan jelas karena aku ketakutan. Aku berjalan dengan perlahan ke arah kamarku, kuintip kamarku dan aku masuk. Aku melihat boneka itu tidak ada. Aku berjalan menuju kamar adikku dan kulihat adikku sedang tertawa dengan seseorang sambil memegang boneka itu, akupun masuk. “Naomi, teman mu ada disini?” Naomi menoleh ke arah ku dan mengangguk. “Sudah kau tanyakan siapa namanya?” Aku bertanya. Naomi mengangguk, ”Dia bilang, kakak sudah tahu namanya, dia sudah bicara dengan kakak tadi.” Aku mengernyit. “Oh ya? Kapan?”. ”Tadi, sebelum kakak berteriak histeris” Naomi menjawab. Aku terdiam, “Kak, barusan dia bilang nanti kakak juga tau sendiri.” Naomi tersenyum bukan ke arah ku tetapi ke bantal yang ada di sebelah ku.
Aku menoleh ke sebelah dan tidak ada orang. Aku keluar dari kamar Naomi aku mendengar Naomi tertawa dan menyebut nama seseorang perempuan, Yukko. Sekarang aku yakin nama anak itu Yukko.
Malamya, aku sedang duduk di ranjang kamarku. Aku berpikir aku mau menyelidiki kasus ini, sebenarnya kenapa Yukko selalu mengganggu aku? Aku terdiam, sesaat kemudian aku mendengar suara anak perempuan sedang menangis di lemari pakaian ku, ketika aku buka pintu lemari pakaian ku aku melihat seorang anak perempuan sedang duduk sambil membenamkan kepalanya di kedua lututnya. Aku berjongkok dan memanggil anak itu, “Yukko?” Anak itu berhenti menangis dan mendongak, aku kaget melihat wajahnya. Wajahnya hancur seperti di sayat pisau. Aku berdiri dan mundur.
Anak itu menatap ku, aku takut dan memejamkan mata dan berteriak menyuruhnya pergi, Anak itu berjalan dengan menyeret badannya “Kak, kenapa menjauh dariku, kakak lupa siapa aku?” Aku berteriak teriak menyuruhnya pergi anak itu tetap berjalan, kemudian berdiri sambil berpengangan padaku dan kepalanya mendongak ke arah ku dan menagis, aku ingin berteriak tapi tertahan dan pingsan.
Ketika aku terbangun, di dadaku ada selembar robekan foto, aku melihat foto itu ada seorang anak perempuan yang sekilas mirip denganku, Aku balik foto itu dan tertulis “Yukko Azura dan Kiyomi Azura” Aku mengambil foto yang waktu itu aku temui di ranjangku dan aku gabungkan ternyata pas. Aku terdiam cukup lama dan menggabungkan semua kejadian yang ada. Ketika itu juga aku mendengar suara desahan anak kecil di belakangku aku kaget dan menengok di sebelah ku ada Yukko yang sedang menyeringai. Aku ketakutan. Aku segera berlari dan masuk ke kamar adikku. Kulihat Naomi sedang duduk dan bernyanyi-nyanyi kecil. Aku berjalan pelan ke arah dia. Ketika ku dengar baik-baik, lagu yang disenandungkan Naomi sama dengan yang Yukko senandungkan, “Naomi, dari mana kamu tau lagu itu?” Naomi menengok ke arah ku dan menjawab “Yukko. Baru saja dia mengajari aku, dia bilang lagu itu di ajarkan oleh kakaknya, Kiyomi.” Aku kaget, “Yukko ada disini?” Naomi mengangguk, dia menunjuk ke arah lemari. Aku buka lemari Naomi dan kulihat tidak ada siapa-siapa. Naomi tertawa pelan. Aku menengok ke arah Naomi, “Kenapa? Dimana dia?” Naomi menggeleng, “Dia pergi.” , aku kembali ke kamarku dan berpikir. Siapa itu Kiyomi. Tiba-tiba ada sebuah buku terlempar ke arahku aku buka buku itu dan kubaca, ternyata sebuah diari milik Kiyomi. Aku baca halaman demi halaman. Baru ku tahu kalau Kiyomi adalah kakak Yukko, pantas dia mengira aku Kiyomi aku sangat mirip sekali dengan dia. Ada suatu halaman yang membuat ku tercengang. Yukko meninggal karena di bunuh oleh Kakeknya sendiri dan pada waktu itu Kiyomi sedang pergi bersama mamanya sebelum itu Kiyomi sudah berjanji akan memberikan oleh-oleh untuk Yukko tapi ketika sampai Kiyomi mendengar Yukko meninggal dia belum sempat memberikan Yukko oleh-oleh sebagai permintaan maaf karena dia tidak mengajak Yukko pergi, jasad Yukko belum ditemukan sampai sekarang.Ketika aku membaca diari ini Aku merasa ada yang duduk di depanku Aku tutup diari ini, aku melihat boneka porselen itu tepat di depan ku, aku terkejut. Boneka itu menatap ku seperti ingin mengucapkan sesuatu, aku mengumpulkan segenap keberanianku dan mengangkat boneka itu. Boneka itu tersenyum dan menengok ke arah kanan, aku ikut menengok dan kulihat ada sebuah tulis. “Pulang bersamaku, yuk.. kak sekarang.” Aku terkejut dan gemetaran. Aku menengok ke arah boneka itu dan aku melempar boneka itu. Saat itu juga aku berlari ke arah kamar mamaku dan aku tertidur di situ.
Pagi, jam 8.20 aku terbangun dari tidurku. Aku menuju ke kamar ku untuk melihat keadaan kamarku aku masuk dan berjalan perlahan aku memandangi sekeliling kamarku, perasaan aku ada yang aneh ketika kakiku menginjakkan lantai di kamarku seperti ada benda yang halus, aku berhenti berjalan dengan takut aku memandang ke bawah, aku kaget ketika melihat bahwa tepat di depanku ada banyak sekali benang-benang halus, aku jongkok dan memegang benang itu, ternyata itu bukan benang melainkan rambut aku berdiri dan memandang sekeliling kamarku, seluruh kamarku dipenuhi dengan rambut, aku memutar badanku, aku terhenti karena wajah Yukko tepat di depan wajahku. Aku berteriak histeris dan berlari ke kamar Naomi. Samar-samar alu mendengar, “Kak Kiyomi..”
Keesokan paginya aku mencari nama Kiyomi Azura di buku telepon aku menemukannya, segera kutelepon nomor itu dan nyambung. “Halo?” jawab sang penerima “Apakah ini Ibu Kiyomi?” tanyaku, “Iya, sapa ini?” Kiyomi menjawab. “Ini Miyuki, bisa tidak kalau aku bertemu Ibu sekarang? Mungkin saya lancang, ini ada hubungannya dengan arwah adik anda, Yukko.” Aku menjelaskan. Kiyomi terkejut dan langsung menyetujui pertemuan kami, saat itu juga aku segera pergi ke alamat yang diberikan Kiyomi sambil membawa boneka porselen .
Ketika aku sampai di rumah Kiyomi, aku melihat banyak sekali foto Yukko dan Kiyomi waktu mereka masih kecil. Kiyomi mempersilahkan aku duduk tepat di sebelahnya dan aku bercerita seluruh kejadian yang akhir-akhir ini menimpaku yang berhubungan dengan Yukko. Kami terdiam, Kiyomi terkejut melihat boneka yang ada di dalam tas yang aku bawa, aku segera mengeluarkan boneka itu dan memberikan padanya. Kiyomi menatap boneka itu dengan mata berkaca-kaca. Seketika itu aku melihat Yukko duduk di sebelahnya sambil memandang dia dengan bingung, aku menunjuk ke arah Yukko, Kiyomi menengok dan tidak melihat apa-apa. Aku segera mengambil kertas dan pensil. “Yukko, tulis apa yang mau kamu katakan di kertas ini?” aku menjelaskan, Kiyomi terdiam dan menunggu, Tiba-tiba pensil itu bergerak. “Kakak kemana selama ini?”. Kiyomi menyahut “Aku.. mencari kamu..” pensil itu bergerak.“Bohong!!!!!”. Aku bisa merasakan kemarahan Yukko karena vas yang ada di sebelah ku bergetar cukup hebat. “Sumpah, aku mencari kamu selama ini, tetapi tidak pernah kutemukan, kakek menyimpan rahasia ini sampai dia mati” Kiyomi bersumpah.
“Aku terjebak di suatu tempat yang sempit, aku ingin keluar kak” Yukko menulis pesan itu. Kemudian aku memandang boneka yang di genggam oleh Kiyomi. Aku menunjuk boneka itu, “Boneka itu, Roh Yukko ada di situ bu!” Kiyomi memandang boneka itu. “Baik” Kiyomi mengambil gunting dan merobek boneka itu, saat itu juga aku mendengar suara teriakan Yukko, kemudian aku melihat Yukko berdiri tepat di depan kami, kali ini dengan wajah yang bersih, Kiyomi berlari ke arah Yukko dan memeluk dia erat, “Yukko, kakak sayang kamu” Yukko membalas pelukan Kiyomi. “Aku juga sayang kakak” Kami terdiam, tiba-tiba Kiyomi berlari dan mengambil sebuah boneka porselen kecil dan memberikannya pada Yukko,”Ini barang yang ingin kuberikan ke kamu dari dulu, sekarang pergilah dengan tenang” Kiyomi terisak, Yukko memeluk Kiyomi dan melambai ke arah ku, kemudian dia pergi. Sayup-sayup aku mendengar suara tertawa Yukko yang kemudian menghilang. Kiyomi memeluk ku erat sebagai ucapan terima kasih. Akhirnya selesai juga penyelidikanku. Yukko baik-baik ya di sana.
karya: Teresa Rikiputri
Langganan:
Postingan (Atom)